Jumat, 17 April 2015

BERMAIN, CERTA DAN MENYANYI BAGI ANAK USIA DINI

BAB  1
PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG
Pendidikan pada anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi pengetahuan, keterampilan yang merupakan pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan sepanjang hayat. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7).  
Pada hakekatnya pendidikan anak adalah suatu pendidikan yang mampu untuk membuat mereka belajar dengan tidak memaksa mereka untuk bisa namun setidaknya itu adalah proses dari belajar yang menyenangkan. Dan salah satu dasar pembelajaran bagi anak adalah menyimak yaitu  suatu  proses kegiatan  mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,  pemahaman, apresiasi  serta interpretasi  untuk  memperoleh  informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Sutanto 2001). Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung (Subyakto, 2005). Artinya kemampuan memusatkan  perhatian selalu  diperlukan dalam  setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu/sesuatu yang didengar. Di  samping kemampuan  memusatkan perhatian,  masih  ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan mengingat Sutanto (2001).
Penelitian menunjukkan betapa pentingnya keterampilan menyimak bagi anak usioa dini yang pernah  dilakukan  oleh  Donald  E.  Bird yang melakukan penelitian terhadap aktivitas keterampilan berbahasa anak usia dini dengan hasil prosentasi sebagai berikut ini : menyimak sebesar 42%; berbicara sebesar 25%, membaca berkisar 15%;  sedangkan  menulis hanya sebsesar  18%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa   prosentase keterampilan  menyimak anak usia dini merupakan ketrampilan yang  paling  besar dibandingkan dengan keterampilan- keterampilan  yang lain.  Hal  ini  membuktikan bahwa betapa pentingnya keterampilan  menyimak untuk  individu, karena setiap aktivitas individu  dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan keterampilan menyimak. Penelitian yang sama dilakukan oleh Rankin, yang dalam penelitiannya menyimpulkan  bahwa penggunaan  waktu  komunikasi dalam kehidupan  sehari-hari pada anak usia dini yaitu  sebagai berikut :  menyimak 45%;  berbicara 30%; membaca sebesar 16%  dan  menulis  9%.  Semua itu menggambarkan bahwa menyimak penting dalam  kehidupan  manusia dan  menyimak diperlukan  dalam  berbagai kegiatan manusia antara lain dalam belajar, berdiskusi, bercakap-cakap, dan lain sebagainya. 
Kemampuan menyimak pada anak usia dini dapat dikembangkan dengan cara-cara yang tidak memaksa, bahkan sebaliknya dapat menyenangkan anak. Cara tersebut dapat diperoleh melalui bernyanyi, bermain dan bercerita.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah peran penting bermain, cerita dan menyanyi bagi anak usia dini?
2.      Bagaimanakah penerapan metode bermain, cerita dan menyanyi bagi anak usia dini?
3.      Bagaimanakah manfaat  metode bermain, cerita dan menyanyi bagi perkembangan  anak usia dini?

1.3  TUJUAN
·         Memahami pentingnya bermain, cerita dan menyanyi bagi anak usia dini
·         Memahami bagaimana penerapan metode bermain cerita dan bernyanyi yang sesuai untuk anak usia dini
·         Memahami manfaat bermain, cerita dan menyanyi bagi perkemembangan nak usia dini









BAB 2
PEMBAHASAN
                Periode 5 tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai “masa keemaasan (golden period) atau jendela kesempatan (window opportunity) atau masa kritis (critical period)” karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembanangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang “relatif pendek” dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak. Karenanya, masa ini harus dimanfaatkan untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui berbagai kegiatan dan stimulasi. Pada masa masa ini anak mendapat stimulus yang dapat memberikan anak kemampuan berkembang seluruh aspek potensinya. Salah satunya adalah dengan melalui metode bermain, cerita, dan menyanyi.
A.    Pengertian bermain, cerita dan bernyanyi
·      Bermain
ANGGANI SUDONO
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak

MAYKE S. TEDJASAPUTRA
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan - perasaan tertekan, dll

A. AZIZ ALIMUL
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

BROOKS & ELLIOT, 1971
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 

Jadi, bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak, yang dilakukan oleh anak dengan sukarela tanpa adanya suatu paksaan atau tekanan dari luar. Dalam bermain tidak ada peraturan lain kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri.
·      Cerita
Menurut KBBI
Cerita yaitu tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb)

Jadi, cerita yaitu penggambaran tentang sesuatu secra verbal. Melalui bercerita, anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berhayal dan mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak ter;ibat secara mental. Melalui cerita, aktivitas mental anak dapat melambung, melanglang buana melampaui isi cerita itu sendiri. Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan emosional anak semakin terasah.

·      Menyanyi
Menurut KBBI
Menyanyi adalah melantunkan suara dengan nada-nada yang beraturan, biasanya menyanyi diiringi dengan alat musik, baik itu menyanyi secara single/sendirian maupun menyanyi dalamkelompok.
Jadi menyanyi adalah bagian dari kebutuhan alami individu. Melaui nyanyian dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang dan melalui nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya. Menyanyi merupakan bagian dari ungkapan emosi.
B.     Penerapan metode bermain, cerita dan menyanyi pada anak usia dini
·      Bermain
Pada setiap usia, anak melakukan kegiatan bermain. Anak bermain sesuai dengan tahap yang ia lalui. Anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan melalui kegiatan bermain.
Ada beberapa ciri kegiatan yang dipandang segabai aktivitas bermain, yaitu :
1.      Dilakukan dengan sukarela
Anak melakukan kegiatan tanpa ada unsur paksaan darimanapun  
2.      Dilakukan secara spontan
Anak akan spontan melakukan kegiatan bermain saat anak ingin melakukannya
3.      Berorientasi pada proses, bukan pada hasil
Yang terpenting bagi anak adalah bagaimana proses kegiatan bermain, bukan bagaimana hasil permainan
4.      Menghasilkan kepuasan
Anak yang dapat melaksanakan kegiatan bermain, secara otomatis akan mendapatkan kepuasan dari dalam diri.

Bermain memberi pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan diri anak, baik secara fisik maupun mental. Beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah sebagimana dijelaskan oleh Hurlock sebagai berikut:
1.      Perkembangan fisik
Bermain berguna untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. Bermain juga berfungsi untuk menyalurkan tenaga yang berlebihan yang bila dibiarkan dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental anak.
2.      Dorongan berkomunikasi
Melalui aktivitas bermain, anak terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan teman lain. Dan tanpa disadari anak anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya pada orang lain, serta belajar memahami pembicaraan orang lain.
3.      Penyaluran energi emosional yang terpendam.
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan berbagai ketegangan emosional. Dengtan demikian bermain merupakan terapi cepat dan murah bagi pengembalian kondisi psikis anak yang terganggu.
4.      Penyaluran dari keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tidak semua keinginan dan kebutuhan anak dapat terpenuhi.
5.      Sumber belajar
Melalui kegiatan bermain, anak belajar berbagai hal, baik bersifat fisik maupun pengembangan mental
6.      Rangsangan kreatifitas
Dalam bermain anak bebas memilih dan bebas bereksplorasi
7.      Belajar bersosialisasi
Semakin tambah usia, anak cenderung bermain dengan semakin banyak teman.
8.      Belajar standar model
Melalui kegiatan bermain, anak belajar hal hal yang dapat diterima oleh lingkungan dan hal hal yang ditolak
9.      Mengembangkan kepribadian
Secara pelan dan pasti kepribadian anak seakan akan terbentuk melalui kegiatan bermain

·      Cerita
Penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:
1.      Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita
2.      Bercerita dengan menggunakan alat peraga, seperti boneka, gambar gambar dan benda lain.
3.      Bercerita dengan cara membaca buku cerita (story reading)
4.      Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan.
5.      Bercerita melalui alat pandang dengar (audio visual)
Memilih cerita untuk anak
Sebelum bercerita, sebaiknya pahami dulu cerita apa yang hendak disampaikan, sesuaikan dengan karakter anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, Anda harus mempertimbangkan materi ceritanya.
Pedoman pemilihan cerita 
a). Pemilihan tema dan judul yang tepat. Menurut pakar pendidikan Prof Dr. Arief Rahman, MPd anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. berikut cara memilih cerita :
  1. sampai usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang hebat, Anak ayam yang manja, Kambing gunung dan kambing gibas, Anak nakal tersesat di hutan rimba, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
  2. Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet biru, Robot pintar, Anak yang rakus, dan sebagainya
  3. Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si pintar dan si pikun, Karni juara menyanyi dan sebagainya.
b). Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut :
  1. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
  2. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
  3. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
c). Suasana disesuaikan dengan peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dan orang tua dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana.
Praktek bercerita
1. Teknik bercerita
Anda sebagai orang tua perlu mengasah keterampilan dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Seorang pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar penyajian cerita harus terdiri dari beberapa unsur;
(1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik muka) (4) Visualisasi gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2. Atmosfer cerita
Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib adalah atmosfer dasar yang harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Di antaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
  • Aneka tepuk: seperti tepuk satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan lain-lain. Contoh; Jika aku (tepuk 3x) sudah duduk (tepuk 3x) maka aku (tepuk 3x) harus tenang (tepuk 3x) sst…sst..sst…
  • Simulasi kunci mulut: mengajak anak-anak memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah mengambil kunci dari saku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut, lalu kunci dimasukkan kembali ke dalam saku.
  • “Lomba duduk tenang”, Kalimat ini diucapkan sebelum cerita disampaikan, ataupun selama berlangsungnya cerita. Teknik ini cukup efektif untuk menenangkan anak-anak. Apabila cara pengucapannya dengan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan melakukannya dengan sungguh-sungguh pula.
  • Tata tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturan selama mendengarkan cerita, misalnya; tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh menebak/komentari cerita, tidak boleh mengobrol dan mengganggu kawannya dengan berteriak dan memukul meja. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak melakukan aktifitas yang mengganggu jalannya cerita
  • Ikrar, mengajak anak-anak untuk mengikrarkan janji selama mendengar cerita, contoh : “Selama cerita, Kami berjanji akan duduk rapi dan tenang, mendengarkan cerita dengan baik.”
  • Siapkan hadiah bagi mereka yang tertib mendengarkan. Bisa berupa hadiah imajinatif seperti makanan, binatang kesayangan, balon yang seolah-olah ada di tangan, tentu saja diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita, seringkali teknik ini menimbulkan kelucuan tersendiri.
3. Pilih teknik yang menarik saat membuka cerita. Mengapa ? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan apakah anak tertarik atau tidak. Misalnya dengan lagu, suara yang unik, menirukan suara binatang, dsb.
4. Menutup cerita dan evaluasi
  • Tanya jawab seputar tokoh dan perbuatan mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak.
  • Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
  • Berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai hari ini, aku tidak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!”
  • Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional
  • Menggambar salah satu adegan. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.

·  Menyanyi
Semenjak bulan bulan awal dalam kandungan, kurang lebih usia 22 minggu, janin telah memiliki kemampuan untuk mendengar. Dan sejak lahir, bayi secara biologis sudah dilengkapi dengan kesenangan untuk merespon suara suara orang disekitarnya termasuk suara yang berirama. Hal itu akan memberikan dampak psikologis bagi anak.
Bernyanyi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk:
1.      Bernanyi pasif,
Artinya anak hanya mendengarkan suara nyanyian atau musik dan menikmatinya tanpa terlibat secara langsung kegiatan bernyanyi.
2.      Bernyanyi aktif,
Artinya anak melalukan secara langsung kegiatan bernyanyi, baik dilakukan sendiri, mengikuti atau bersama sama

Melalui kegiatan bernyanyi, baik aktif maupun pasif anak merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Selain itu anak juga terlibat dalam melakukan kegiatan bernyanyi. Lebih lanjut bernyanyi dapat digunakan sebagi alat yang ampuh bagi bayi dan anak untuk mengetahui bahwa orangtua, guru atau pengasuhnya memperhatikan dan memahami perasaan dan kebutuhannya.

C.    









0 komentar:

Posting Komentar