PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pendidikan pada anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan
untuk mengembangkan pribadi pengetahuan, keterampilan yang merupakan pendidikan
dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini
mungkin dan sepanjang hayat. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7).
Pada hakekatnya pendidikan anak
adalah suatu pendidikan yang mampu untuk membuat mereka belajar dengan tidak
memaksa mereka untuk bisa namun setidaknya itu adalah proses dari belajar yang
menyenangkan. Dan salah satu dasar pembelajaran bagi anak adalah menyimak
yaitu suatu proses kegiatan mendengar
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Sutanto 2001). Kemampuan memusatkan
perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah
proses menyimak berlangsung (Subyakto, 2005). Artinya
kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan
dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu
berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek
itu/sesuatu yang didengar. Di samping
kemampuan memusatkan perhatian, masih ada
satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan
mengingat Sutanto (2001).
Penelitian menunjukkan
betapa pentingnya keterampilan menyimak bagi anak usioa dini
yang pernah dilakukan oleh Donald E. Bird yang
melakukan penelitian terhadap aktivitas keterampilan berbahasa anak usia dini
dengan hasil prosentasi sebagai berikut ini : menyimak sebesar 42%; berbicara
sebesar 25%, membaca berkisar 15%; sedangkan menulis
hanya sebsesar 18%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa prosentase keterampilan menyimak anak
usia dini merupakan ketrampilan yang paling besar dibandingkan
dengan keterampilan- keterampilan yang
lain. Hal ini membuktikan bahwa betapa
pentingnya keterampilan menyimak
untuk individu, karena setiap aktivitas
individu dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan keterampilan
menyimak. Penelitian yang sama dilakukan oleh Rankin, yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
penggunaan waktu komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari pada anak usia dini yaitu sebagai
berikut : menyimak 45%; berbicara 30%; membaca sebesar 16% dan menulis 9%. Semua
itu menggambarkan bahwa menyimak penting
dalam kehidupan manusia
dan menyimak diperlukan dalam berbagai
kegiatan manusia antara lain dalam belajar, berdiskusi, bercakap-cakap, dan
lain sebagainya.
Kemampuan menyimak pada anak usia dini dapat
dikembangkan dengan cara-cara yang tidak memaksa, bahkan sebaliknya dapat
menyenangkan anak. Cara tersebut dapat diperoleh melalui bernyanyi, bermain dan
bercerita.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
peran penting bermain, cerita dan menyanyi bagi anak usia dini?
2. Bagaimanakah
penerapan metode bermain, cerita dan menyanyi bagi anak usia dini?
3. Bagaimanakah
manfaat metode bermain, cerita dan
menyanyi bagi perkembangan anak usia
dini?
1.3 TUJUAN
·
Memahami pentingnya bermain, cerita dan
menyanyi bagi anak usia dini
·
Memahami bagaimana penerapan metode
bermain cerita dan bernyanyi yang sesuai untuk anak usia dini
·
Memahami manfaat bermain, cerita dan
menyanyi bagi perkemembangan nak usia dini
BAB 2
PEMBAHASAN
Periode
5 tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai “masa keemaasan
(golden period) atau jendela kesempatan (window opportunity) atau masa kritis
(critical period)” karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembanangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi
otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat
masa 5 tahun pertama merupakan masa yang “relatif pendek” dan tidak akan
terulang kembali dalam kehidupan seorang anak. Karenanya, masa ini harus
dimanfaatkan untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui
berbagai kegiatan dan stimulasi. Pada masa masa ini anak mendapat stimulus yang
dapat memberikan anak kemampuan berkembang seluruh aspek potensinya. Salah
satunya adalah dengan melalui metode bermain, cerita, dan menyanyi.
A.
Pengertian bermain, cerita dan bernyanyi
· Bermain
ANGGANI SUDONO
Bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi pada anak
MAYKE S. TEDJASAPUTRA
Bermain
merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja
memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah
perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan - perasaan tertekan, dll
A. AZIZ ALIMUL
Bermain
merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan
ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
BROOKS & ELLIOT, 1971
Bermain
adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Jadi, bermain adalah segala kegiatan yang
dapat menimbulkan kesenangan bagi anak, yang dilakukan oleh anak dengan
sukarela tanpa adanya suatu paksaan atau tekanan dari luar. Dalam bermain tidak ada peraturan lain
kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri.
· Cerita
Menurut KBBI
Cerita yaitu tuturan yg membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb)
Jadi, cerita yaitu penggambaran
tentang sesuatu secra verbal. Melalui bercerita, anak diajak berkomunikasi,
berfantasi, berhayal dan mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan suatu
stimulan yang dapat membangkitkan anak ter;ibat secara mental. Melalui cerita,
aktivitas mental anak dapat melambung, melanglang buana melampaui isi cerita
itu sendiri. Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan emosional anak semakin
terasah.
· Menyanyi
Menurut KBBI
Menyanyi adalah melantunkan suara dengan nada-nada
yang beraturan, biasanya menyanyi diiringi dengan alat musik, baik itu menyanyi
secara single/sendirian maupun menyanyi dalamkelompok.
Jadi menyanyi adalah bagian dari kebutuhan alami
individu. Melaui nyanyian dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang
dan melalui nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya.
Menyanyi merupakan bagian dari ungkapan emosi.
B.
Penerapan metode
bermain, cerita dan menyanyi pada anak usia dini
· Bermain
Pada setiap usia, anak melakukan kegiatan bermain.
Anak bermain sesuai dengan tahap yang ia lalui. Anak mendapatkan kebahagiaan
dan kegembiraan melalui kegiatan bermain.
Ada beberapa ciri kegiatan yang dipandang segabai
aktivitas bermain, yaitu :
1. Dilakukan dengan sukarela
Anak melakukan kegiatan tanpa ada unsur
paksaan darimanapun
2. Dilakukan secara spontan
Anak akan spontan melakukan kegiatan
bermain saat anak ingin melakukannya
3. Berorientasi pada proses, bukan pada hasil
Yang terpenting bagi anak adalah
bagaimana proses kegiatan bermain, bukan bagaimana hasil permainan
4. Menghasilkan kepuasan
Anak yang dapat melaksanakan kegiatan
bermain, secara otomatis akan mendapatkan kepuasan dari dalam diri.
Bermain memberi
pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan diri anak, baik secara fisik
maupun mental. Beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah
sebagimana dijelaskan oleh Hurlock sebagai berikut:
1. Perkembangan fisik
Bermain berguna untuk mengembangkan otot
dan melatih seluruh bagian tubuh. Bermain juga berfungsi untuk menyalurkan
tenaga yang berlebihan yang bila dibiarkan dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mental anak.
2. Dorongan berkomunikasi
Melalui aktivitas bermain, anak
terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan teman lain. Dan tanpa
disadari anak anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya pada orang
lain, serta belajar memahami pembicaraan orang lain.
3.
Penyaluran
energi emosional yang terpendam.
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk
menyalurkan berbagai ketegangan emosional. Dengtan demikian bermain merupakan
terapi cepat dan murah bagi pengembalian kondisi psikis anak yang terganggu.
4.
Penyaluran dari
keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tidak semua keinginan dan kebutuhan anak
dapat terpenuhi.
5.
Sumber belajar
Melalui kegiatan bermain, anak belajar
berbagai hal, baik bersifat fisik maupun pengembangan mental
6.
Rangsangan
kreatifitas
Dalam bermain anak bebas memilih dan
bebas bereksplorasi
7.
Belajar
bersosialisasi
Semakin tambah usia, anak cenderung
bermain dengan semakin banyak teman.
8.
Belajar standar
model
Melalui kegiatan bermain, anak belajar hal
hal yang dapat diterima oleh lingkungan dan hal hal yang ditolak
9.
Mengembangkan
kepribadian
Secara pelan dan pasti kepribadian anak
seakan akan terbentuk melalui kegiatan bermain
·
Cerita
Penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, seperti:
1. Bercerita
tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan
cerita
2. Bercerita
dengan menggunakan alat peraga, seperti boneka, gambar gambar dan benda lain.
3. Bercerita
dengan cara membaca buku cerita (story reading)
4. Bercerita
dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan.
5. Bercerita
melalui alat pandang dengar (audio visual)
Memilih cerita untuk anak
Sebelum bercerita, sebaiknya pahami dulu cerita apa yang hendak
disampaikan, sesuaikan dengan karakter anak usia dini. Agar dapat bercerita
dengan tepat, Anda harus mempertimbangkan materi ceritanya.
Pedoman pemilihan cerita
a). Pemilihan tema dan judul yang tepat. Menurut pakar
pendidikan Prof Dr. Arief Rahman, MPd anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak
menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”.
berikut cara memilih cerita :
- sampai usia 4 tahun, anak
menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang hebat,
Anak ayam yang manja, Kambing gunung dan kambing gibas, Anak nakal
tersesat di hutan rimba, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
- Usia 4-8 tahun, anak-anak
menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan,
seperti; Perjalanan ke planet biru, Robot pintar, Anak yang rakus, dan
sebagainya
- Usia 8-12 tahun, anak-anak
menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti:
Persahabatan si pintar dan si pikun, Karni juara menyanyi dan sebagainya.
b). Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir,
kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli
dongeng menyimpulkan sebagai berikut :
- Sampai usia 4 tahun, waktu
cerita hingga 7 menit
- Usia 4-8 tahun, waktu cerita
hingga 10 -15 menit
- Usia 8-12 tahun, waktu cerita
hingga 25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi
lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak
dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif,
komunikatif dan humoris.
c). Suasana disesuaikan dengan peristiwa yang sedang atau
akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang
tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program
sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dan
orang tua dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan
dengan suasana.
Praktek bercerita
1. Teknik bercerita
Anda sebagai orang tua perlu mengasah keterampilan dalam bercerita, baik
dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Seorang
pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita
sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar penyajian cerita harus
terdiri dari beberapa unsur;
(1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik muka) (4) Visualisasi
gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak
lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis ilustrasi lainnya, misalnya
lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2. Atmosfer cerita
Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib
adalah atmosfer dasar yang harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak
mendengarkan cerita. Di antaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
- Aneka tepuk: seperti tepuk
satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan lain-lain. Contoh; Jika aku (tepuk
3x) sudah duduk (tepuk 3x) maka aku (tepuk 3x) harus tenang (tepuk 3x)
sst…sst..sst…
- Simulasi kunci mulut: mengajak
anak-anak memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah
mengambil kunci dari saku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut,
lalu kunci dimasukkan kembali ke dalam saku.
- “Lomba duduk tenang”, Kalimat
ini diucapkan sebelum cerita disampaikan, ataupun selama berlangsungnya
cerita. Teknik ini cukup efektif untuk menenangkan anak-anak. Apabila cara
pengucapannya dengan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan
melakukannya dengan sungguh-sungguh pula.
- Tata tertib cerita, sebelum
bercerita pendidik menyampaikan aturan selama mendengarkan cerita,
misalnya; tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh menebak/komentari
cerita, tidak boleh mengobrol dan mengganggu kawannya dengan berteriak dan
memukul meja. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak
melakukan aktifitas yang mengganggu jalannya cerita
- Ikrar, mengajak anak-anak untuk
mengikrarkan janji selama mendengar cerita, contoh : “Selama cerita,
Kami berjanji akan duduk rapi dan tenang, mendengarkan cerita dengan
baik.”
- Siapkan hadiah bagi mereka yang
tertib mendengarkan. Bisa berupa hadiah imajinatif seperti makanan,
binatang kesayangan, balon yang seolah-olah ada di tangan, tentu saja
diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita, seringkali teknik
ini menimbulkan kelucuan tersendiri.
3. Pilih teknik yang menarik saat membuka cerita. Mengapa
? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan apakah anak
tertarik atau tidak. Misalnya dengan lagu, suara yang unik, menirukan suara
binatang, dsb.
4. Menutup cerita dan evaluasi
- Tanya jawab seputar tokoh dan
perbuatan mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak.
- Doa khusus memohon terhindar
dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi
kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
- Berjanji untuk berubah menjadi
lebih baik, contoh “Mulai hari ini, aku tidak akan malas lagi, aku anak
rajin dan taat kepada guru!”
- Nyanyian yang selaras dengan
tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional
- Menggambar salah satu adegan.
Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur
daya tangkap dan imajinasi anak.
· Menyanyi
Semenjak bulan bulan awal dalam kandungan, kurang
lebih usia 22 minggu, janin telah memiliki kemampuan untuk mendengar. Dan sejak
lahir, bayi secara biologis sudah dilengkapi dengan kesenangan untuk merespon
suara suara orang disekitarnya termasuk suara yang berirama. Hal itu akan memberikan
dampak psikologis bagi anak.
Bernyanyi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk:
1. Bernanyi pasif,
Artinya anak hanya
mendengarkan suara nyanyian atau musik dan menikmatinya tanpa terlibat secara
langsung kegiatan bernyanyi.
2. Bernyanyi aktif,
Artinya anak melalukan
secara langsung kegiatan bernyanyi, baik dilakukan sendiri, mengikuti atau
bersama sama
Melalui kegiatan bernyanyi, baik aktif maupun pasif
anak merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Selain itu anak juga terlibat dalam
melakukan kegiatan bernyanyi. Lebih lanjut bernyanyi dapat digunakan sebagi
alat yang ampuh bagi bayi dan anak untuk mengetahui bahwa orangtua, guru atau
pengasuhnya memperhatikan dan memahami perasaan dan kebutuhannya.
C.
0 komentar:
Posting Komentar